TombakCacing Kanil Luk Sembilan Mahar Murah mempunyai khasiat Insya Allah untuk Meningkatkan selengkapnya. Rp 700.000. Tersedia / P5033. Lihat Detail Keris Pusaka Naga Sasra Kinatah EmasCacing Tanah Lebih Dari Sekadar “Jajan” di Warung Siapa yang tidak kenal dengan cacing tanah? Ya, makhluk kecil ini kerap ditemukan di pekarangan rumah atau bahkan di warung-warung makan yang menjual seduhan kopi. Namun, tahukah kamu bahwa cacing tanah memiliki banyak manfaat dan keuntungan yang jarang diketahui orang? Apa Itu Cacing Tanah?Mengapa Cacing Tanah Sangat Penting?PertanianPerikananPengolahan SampahPenelitian MedisJenis-jenis Cacing TanahCacing Lumbricus RubellusCacing KomposterCacing Lumbricus TerrestrisCacing Eisenia FetidaCara Kerja Cacing TanahKeuntungan Menggunakan Cacing TanahRamah LingkunganMenghasilkan Hasil yang BerkualitasMenghasilkan Pangan AlternatifManfaat Cacing TanahSebagai Pembenah TanahSebagai Pakan IkanSebagai Pemurni AirMembantu Mencegah Penyakit Autoimun Apa Itu Cacing Tanah? Cacing tanah atau Lumbricus rubellus adalah sejenis cacing yang hidup di tanah dan merupakan pemakan bahan organik. Cacing tanah ini memiliki bentuk tubuh yang pipih dan berbentuk seperti pita dengan panjang sekitar 8-10 cm dengan diameter hingga 5 mm. Selain di Indonesia, cacing tanah juga ditemukan di berbagai belahan dunia. Mengapa Cacing Tanah Sangat Penting? Meski terlihat kecil dan sederhana, cacing tanah memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan keberlanjutan hidup manusia. Berikut adalah beberapa fungsi dan manfaat cacing tanah Pertanian Cacing tanah berperan sebagai penunjang kesuburan tanah, mereka membantu memecah materi organik dan menjadikannya sebagai pupuk alami yang baik bagi tanaman. Selain itu, cacing tanah juga membantu pembentukan struktur tanah yang baik dan mengurangi erosi. Tanah yang subur akan menghasilkan tanaman yang sehat dan banyak, serta mengurangi penggunaan pupuk kimia yang merusak lingkungan. Perikanan Cacing tanah juga sangat berguna dalam sektor perikanan sebagai pakan ikan. Selain sebagai sumber protein, cacing tanah juga membantu meningkatkan kualitas air di dalam akuarium dan kolam ikan. Feses dari ikan yang mengandung amonia dapat diurai oleh bakteri yang hidup bersama cacing tanah sehingga kualitas air akan tetap terjaga dan ikan bisa tumbuh sehat. Pengolahan Sampah Cacing tanah juga merupakan pengurai alami bahan organik seperti sampah rumah tangga dan limbah organik lainnya. Dalam industri pengolahan sampah, cacing tanah digunakan untuk mengkomposkan limbah dengan lebih mudah dan cepat. Sehingga limbah yang tadinya sulit diurai menjadi tanah subur yang bisa digunakan kembali. Penelitian Medis Cacing tanah digunakan dalam penelitian medis karena kemampuannya dalam “mengatur” sistem kekebalan tubuh. Cacing tanah mengeluarkan senyawa immunomodulator yang dapat membantu sistem kekebalan tubuh melawan bakteri dan virus. Beberapa penelitian bahkan menunjukkan bahwa senyawa dari cacing tanah dapat membantu mengatasi penyakit autoimun seperti asma dan alergi. Jenis-jenis Cacing Tanah Ada beberapa jenis cacing tanah yang dikenal di Indonesia, di antaranya Cacing Lumbricus Rubellus Cacing ini termasuk jenis cacing tanah yang banyak ditemui di pekarangan rumah orang Indonesia. Cacing ini biasanya berukuran sekitar 10 cm dengan diameter sekitar 4-5 mm. Cacing ini memiliki warna coklat merah kehitaman dengan bentuk yang pipih. Cacing Komposter Cacing jenis ini digunakan sebagai pengurai dalam pengolahan sampah rumah tangga. Cacing ini memiliki ukuran yang lebih kecil dari lumbricus rubellus dan biasanya berwarna kecoklatan. Cacing Lumbricus Terrestris Jenis cacing ini termasuk jenis yang lebih besar dan biasanya digunakan sebagai pakan ikan dan burung. Cacing ini memiliki ukuran sekitar 15 cm dengan diameter sekitar 10 mm dan biasanya berwarna keabu-abuan atau reddish-brown. Cacing Eisenia Fetida Cacing jenis ini baru-baru ini mulai dikenal di Indonesia. Cacing ini ukurannya lebih kecil dari Lumbricus Rubellus namun lebih cocok untuk pengolahan sampah dan pembuatan kompos. Cara Kerja Cacing Tanah Cacing tanah bekerja dalam sistem biologi yang disebut dengan “bioturbasi”. Bioturbasi adalah proses pergerakan cacing di dalam tanah dan pengaruhnya terhadap sifat fisik dan kimiawi tanah. Dalam proses ini, cacing melubangi tanah dan membuat jalan masuk untuk udara dan air sehingga tanah menjadi lebih porus dan mudah untuk ditanami oleh tanaman. Cacing tanah juga membantu mempertahankan kelembaban tanah dengan cara mengeluarkan lendir yang dapat membantu menyerap dan mengikat air di dalam tanah. Kehadiran cacing tanah juga membantu mengurangi erosi karena cacing membuat saluran air yang baik di dalam tanah sehingga air yang tidak diinginkan tidak tergenang dan mengalir ke aliran air yang baik. Selain itu, cacing tanah juga membantu menjaga struktur tanah. Ketika cacing melewati struktur tanah, mereka secara tidak sengaja membuat jalan masuk dalam tanah dan mengurangi kerapatan tanah. Hal ini membantu sistem akar tanaman untuk tumbuh lebih baik di dalam tanah. Keuntungan Menggunakan Cacing Tanah Ada beberapa keuntungan yang bisa didapatkan jika kita menggunakan cacing tanah, yaitu Ramah Lingkungan Penggunaan cacing tanah sebagai pengolah sampah organik dan sebagai pakan ikan merupakan alternatif yang ramah lingkungan. Selain dapat mengurangi limbah, penggunaan cacing tanah juga membantu mengurangi penggunaan pupuk kimia dan obat-obatan lain yang berdampak buruk pada lingkungan. Menghasilkan Hasil yang Berkualitas Penggunaan cacing tanah dalam pertanian membantu meningkatkan kesuburan tanah dan menghasilkan produk yang berkualitas. Tanaman yang ditanam di dalam tanah yang subur dan kaya nutrisi akan menghasilkan buah yang berkualitas dan sehat. Menghasilkan Pangan Alternatif Cacing tanah bisa dijadikan pangan alternatif yang mengandung protein tinggi dan rendah lemak. Beberapa negara sudah mulai mengembangkan bisnis cacing tanah sebagai pangan alternatif yang ramah lingkungan. Manfaat Cacing Tanah Manfaat cacing tanah cukup banyak, di antaranya Sebagai Pembenah Tanah Cacing tanah membantu memperbaiki sifat fisik dan kelembaban tanah sehingga dapat mendukung pertumbuhan tanaman yang sehat. Cacing tanah juga membantu mengolah bahan organik menjadi pupuk alami yang baik untuk tanaman. Sebagai Pakan Ikan Cacing tanah juga bisa dijadikan sebagai pakan ikan, karena mengandung protein dan nutrisi yang baik untuk pertumbuhan ikan. Sebagai Pemurni Air Jika digunakan di dalam akuarium dan kolam ikan, kehadiran cacing tanah membantu menjaga kualitas air. Cacing tanah membantu menguraikan kotoran dan senyawa kimia yang tidak diinginkan dalam air sehingga ikan bisa tumbuh sehat. Membantu Mencegah Penyakit Autoimun Cacing tanah mengandung senyawa immunomodulator yang dapat membantu mencegah dan mengatasi penyakit autoimun. Jadi, jangan anggap remeh makhluk kecil dan sederhana seperti cacing tanah karena mereka memiliki manfaat dan keuntungan yang besar. Mulailah menggunakan cacing tanah dalam pertanian, perikanan, dan pengelolaan sampah untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan menjaga keseimbangan lingkungan hidup kita.
TongkatKomando Isi Tombak Pusaka Cacing Kanil Sepuh Kuno Dhapur / Jenis Bentuk Tombak : Cacing Kanil Pamor / Motif lipatan besi : Adeg Mrambut Nyutro Tangguh / Masa Pembuatan : Mataram (Abad XVI) Panjang Bilah Tajam : 23,8 cm Warangka : Tongkat Komando kayu Galeh Sono Keling / Rose Wood (panjang 60 cm) Kode: selengkapnya. Rp 1.888.000
Mahar TERMAHAR Tn. AHP, Gatsu – Jakarta 1. Kode GKO-407 2. Dhapur Cacing Kanil 3. Pamor Singkir 4. Tangguh Cirebon Abad XVII 5. Sertifikasi Museum Pusaka No 1616/ 6. Asal-usul Pusaka Rawatan/Warisan Turun Temurun 7. Dimensi panjang bilah 22,2 cm, panjang pesi 11,4 cm, panjang total 33,6 cm 8. Keterangan Lain warangka seken original, methuk wijaya kusuma/kembang kliyang, eks kinatah ULASAN CACING KANIL, jika kita membuka serat-serat lama sebagai referensi penamaan sebuah dhapur dari suatu keris/tombak, seperti Kawruh Empu 1914, Kitab Sejarah Keris 1951, dan Buku Gambar 164 Keris dan 52 Tombak Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Paku Buwana X akan ditemukan nama Cacing Kanil sebagai tombak yang mempunyai luk berjumlah lima 5. Kekhasan bentuk Cacing Kanil terletak pada kerampingan dan lengkung kurva yang menyerupai cacing sedang menggeliat. Berbagai cerita pitutur mengelilingi kemunculan cacing Kanil dalam jagad tosan aji Nusantara. Salah satunya menghubungkan Cacing Kanil dengan “isen-isen” tongkat komando yang selalu dibawa oleh Bung Karno, Sang Proklamator RI. Menurut catatan, pernah terjadi sekitar 6 kali percobaan pembunuhan terhadap Bung Karno namun tak ada satupun yang berhasil. Kegagalan percobaan pembunuhan tersebut dipercaya tidak hanya karna faktor keberuntungan semata, namun sejak rentetan peristiwa itu masyarakat umum justru semakin percaya, bahwa sosok yang mempunyai kharisma kuat itu, juga memiliki piyandel yang diduga tersimpan di dalam tongkat komando. Itulah kenapa diam-diam tombak cacing kanil diidamkan oleh para pecinta tosan aji. Dipercaya pula jika dulunya Cacing Kanil adalah sebagai senjata untuk “menyudahi” mereka yang berilmu kebal hingga tidak mempan senjata apapun. Konon pula tombak Cacing Kanil difungsikan secara khusus untuk menembus kere waja atau baju zirah biasanya tombak/keris yang mampu menembus baja merupakan buatan Mpu Brajaguna zaman Kartasura-Surakarta. Dan memang secara ergonomi bentuk Cacing Kanil yang panjang dan ramping akan sangat cocok untuk menembus baju zirah model klasik, yang terbuat dari cincin-cincin besi yang saling sambung dan dijalin hingga seperti baju/rompi. KANGJENG KYAHI CLEREG, merupakan salah satu pusaka Keraton Kasultanan Yogyakarta yang berbentuk tombak. Tombak ini sebenarnya bukan dimiliki oleh Sultan maupun keluarga dekatnya, melainkan milik salah satu dari prajurit Pangeran Mangkubumi yang bernama Prawirarana. Peristiwa besar yang melibatkan kiprah tombak pusaka ini adalah ketika terjadi pertempuran di Jenar, Bagelen sekarang Purworejo pada tanggal 22 Suro tahun 1677 Jimawal atau 12 Desember 1751. Pemimpin pasukan belanda kala itu bernama Mayor Clereg berhadapan dengan abdi dalem Mantrijero, bernama Wiradigda. Mayor Belanda itu bersenjatakan pedang sedangkan prajurit Mangkubumi bersenjata tombak. Dalam perang tersebut tombak Wiradigda berhasil menusuk bahu sang Mayor, sehingga pedang yang dibawanya lepas dan terjatuh. Saat berupaya mencabut pistol dari ikat pinggangnya, prajurit lain yang bernama Prawirarana lebih sigap dan tangkas, tombak yang dibawanya segera ditusukkan ke leher Mayor Clereq hingga tewas seketika. Karena jasanya kepada Mataram, tombak tersebut oleh Pangeran Mangkubumi diminta dan diganti dengan imbalan mahar tertentu, dan diberi nama Kanjeng Kiyahi Klerek, karena tombak ini pernah menghilangkan nyawa Mayor Clereq. Mengenai pusaka tombak Kiyahi Klerek ada yang mengatakan berdhapur Bandotan, namun menurut KRT Hastono Negoro yang pernah merawat pusaka tersebut mengatakan bahwa dhapur tombak tersebut adalah Cacing Kanil Luk 7 tangguh Majapahit. FILOSOFI, Tombak Cacing Kanil, selain dikaitkan dengan legenda seorang tokoh bernama Syeh Siti Jenar dapat dibaca disini, dalam kitab Adiparwa juga disebut-sebut merujuk pada kisah sesosok ular naga Taksaka yang menjelma menjadi seekor ulat. Naga tersebut bersembunyi sebagai ulat di dalam buah jambu air serupa cacing bersembunyi dalam tanah merah. Dikisahkan, dalam cerita Adiparwa, dimana Dewi Kadru yang tidak memiliki anak meminta Resi Kasyapa agar menganugerahinya dengan seribu orang anak. Lalu Bagawan Kasyapa memberikan seribu butir telur agar dirawat Dewi Kadru. Kelak dari telur-telur tersebut lahirlah putera-putera Dewi Kadru. Setelah lima ratus tahun berlalu, telur-telur tersebut menetas. Dari dalamnya keluarlah para naga. Naga yang terkenal adalah Basuki, Anantaboga, dan Taksaka. Berlanjut pada kisah Mahabarata, Baratayuda telah berakhir dengan kemenangan di pihak Pandawa. Namun, semua putra-putra Pandawa tidak ada satupun yang masih hidup karena Pancawala-pun akhirnya juga terbunuh oleh Aswatama putra Resi Dorna. Tinggallah Parikesit, cucu Arjuna dan putra Abimanyu yang telah gugur di medan Kurusetra dengan Dewi Utari, yang kemudian dipersiapkan menjadi calon raja di Hastinapura. Setelah dianggap dewasa, Parikesit dinobatkan menjadi raja Hastinapura menggantikan Yudistira. Yudistira dan keempat saudaranya bersama-sama Drupadi kemudian mengundurkan diri dan meninggalkan Hastinapura untuk pergi menuju Puncak Mahameru. Salah satu kesenangan Parikesit ini adalah gemar berburu binatang di hutan. Diceritakan bahwa saat Maharaja Parikesit dari Hastinapura pergi berburu, ia kehilangan jejak buruannya dan masuk ke sebuah kediaman brahmana/pertapaan. Ia bertanya kepada seorang pertapa bernama Samiti yang sedang duduk bermeditasi karena hanya pertapa tersebut yang ia temui. Pertapa tersebut diam membisu saat Parikesit bertanya. Merasa tidak dihiraukan dan didiamkan, Parikesit menjadi jengkel, lalu mengambil bangkai ular dengan gendewanya dan dikalungkannya bangkai tersebut ke leher sang Begawan. Setelah itu ditinggalkannya begitu saja sang Begawan dengan lilitan bangkai ular di lehernya. Putra Samiti, yaitu Kalla Srenggi, merasa marah atas perbuatan tersebut. Atas penjelasan Sang Kresa yang mengetahui kejadian tesebut, Kalla Srenggi mengutuk Raja Parikesit agar mati digigit ular tujuh hari setelah kutukan diucapkan. Samiti kecewa pada anaknya yang telah mengutuk Raja Parikesit. Akhirnya ia pergi menemui raja tentang perihal kutukan tersebut, namun Raja Parikesit malu, dan lebih memilih melindungi diri dari kutukan dengan menggiatkan penjagaan atas dirinya. Kemudian Kalla Srenggi mengutus Naga Taksaka untuk membunuh Sang Raja. Pada hari yang ketujuh, naga Taksaka pergi ke Hastinapura. Di sana Sang Raja dilindungi dan dijaga oleh para brahmana, prajurit, dan ahli mengobati bisa. Agar mampu menjangkau Sang Raja, Naga Taksaka mengubah wujudnya menjadi ulat dan masuk dalam buah jambu. Lalu ia menyuruh naga yang lain untuk menyamar menjadi brahmana dan menghaturkan jambu tersebut. Pada saat Sang Raja menerima buah jambu dari brahmana yang menyamar tersebut, Naga Taksaka kembali ke wujud semula dan mengigit Raja Parikesit. Karena gigitan Sang Naga yang sakti, Raja Parikesit terbakar sampai menjadi abu. Berakhir sudah hidup sang Raja Parikesit di tangan Naga Taksaka. Kutukan Sang Srenggi sudah terlaksana, Naga Taksaka pun pergi masuk ke dalam bumi. Kisah tersebut di atas bisa diangkat menjadi hal yang positif. Sebuah pelajaran moral bagi seorang pemimpin agar selalu bertindak dengan kesabaran, tidak grusa-grusu dalam segala tindakannya. Bisa menghargai dan menghormati orang lain serta tidak membiarkan nalarnya dikuasai emosi sesaat, karena yang menanggung rugi bukan hanya dirinya sendiri tetapi juga mereka yang dipimpinnya. Dan di lain sisi bahwa setiap individu harus mempersiapkan segala hal dengan sedetail mungkin, maka di satu sisi ia harus pula bersiap menghadapi kemungkinan yang terburuk. Dan kepercayaan tombak Cacing Kanil bersembunyi di dalam tongkat untuk menemani pemiliknya, yang bila sewaktu-waktu dibutuhkan siap dihunus, dari awalnya tidak diperhitungkan akan menjadi senjata pamungkas, mematikan seperti sang Naga Taksaka. METHUK KEMBANG KLIYANG, apabila kita cermati lebih seksama pada bagian methuk tombak ini terdapat semacam bentuk kelopak bunga. Bentuk tersebut mirip dengan “kembang kliyang” atau bunga tiba, yakni motif dan hiasan yang terlihat pada rupa topeng Cirebon. Ornamen kembang kliyang hanya terdapat pada karakter Panji dan Patih/Tumenggung yang memperlihatkan watak manusia dewasa yang telah menemukan jati diri serta segala kebaikan dalam dirinya. Dalam keislaman, ia telah mencapai tingkatan tarekat dimana semua perilaku sehari-hari mengacu pada sunnah, hadist Nabi, dan Al-quran sebagai penunjuknya. WARANGKA SEKEN, Jika umumnya tombak-tombak dipasang pada landeyan dan diberikan tutup model kudup, terdapat pula jenis warangka tombak lain yang banyak dipakai oleh masyarakat, yakni warangka seken. Bentuknya ramping, layaknya perpaduan antara sandang walikat dan tongkat komando. Tombak yang biasanya disandangi dengan warangka seken umumnya bukan yang berbilah lebar dan panjang. Untuk memudahkan jika hendak disengkelit atau dibawa bepergian. Rata-rata merupakan tombak yang dipusakakan oleh pemiliknya. PAMOR SINGKIR, Adalah penamaan umum untuk motif gambaran pamor yang bentuknya menyerupai garis membujur adeg dari pangkal ke ujung bilah keris, tombak atau tosan aji lainya. Walau sebenarnya Singkir bukan nama pamor, melainkan nama seorang empu yang tidak hanya satu orang namun berasal dari zaman yang berbeda pula. Misalnya, ada Empu Singkir dari dusun Tapan pada zaman Pajajaran, Empu Ki Singkir Wonoboyo dari zaman Majapahit, Empu Singkir dari Sedayu, dan ada juga Empu Setra Banyu dari zaman Mataram. Kebetulan sebagian besar keris dan tosan aji yang dibuatnya banyak dijumpai menggunakan motif adeg. Keris/tombak yang dibuat oleh para Empu yang bernama Singkir tadi juga dipercaya melekat tuah-tuah khusus, seperti singkir geni memadamkan api, singkir banyu menolak hujan/banjir, singkir bayu meredakan angin, dan singkir baya menolak bahaya. Wallahu a’lam. CATATAN GRIYOKULO, Jika rata-rata methuk pada cacing kanil lebih banyak dibuat secara sederhana, bahkan methuk-nya seringkali hampir tak terlihat, maka methuk cacing kanil yang satu ini tergolong spesial dengan penampilan yang berbeda, menyerupai kelopak bunga. Di daerah Jawa bagian Tengah dan Timur dikenal dengan methuk wijayakusuma. Melihat guratan-guratan kalenan yang ada pada bagian methuk ini pula, sangat dimungkinkan jika dulunya pada bagian methuk cacing kanil ini diberikan hiasan logam seperti emas, perak atau lainnya. Pandangan mata selanjutnya akan tertuju pada bentuk luk rengkol yang manis, seperti luk keris atau tombak yang berasal dari tlatar Pengging. Dapat dibayangkan kiranya jika pada bagian methuk berhiaskan warna kuning dari emas, berpadu dengan lengkungan rengkol yang eksotis menghasilkan sebuah pusaka yang cantik namun mistis. Pada saat didapatkan cacing kanil ini penuh dengan endapan misik dan bau khas yang menyengat, wingit khas keris/tombak Cirebonan. Warangka seken model macan ali yang adapun masih original bawaannya dalam kondisi baik, digarap secara apik bahkan pada area mata diberikan semacam hiasan batu dan nyaman untuk digenggam. Tidak ada pekerjaan rumah yang menanti, panjenengan tinggal menyimpan dan merawatnya saja. Dialih-rawatkan dimaharkan sesuai dengan foto dan deskripsi yang tertera. Contact Person Griyokulo Gallery Jl. Teluk Peleng 128A Kompleks TNI AL Rawa Bambu Pasar Minggu Jakarta Selatan Facebook Griyo Kulo SMS/Tlp/WA 0838-7077-6000 Email admin ———————————— error Courtesy of Griyokulo. Silahkan hubungi kami jika membutuhkan informasi, atau sharing kawruh atau sumbangsih dsb. Matur sembah nuwun. Salam Budaya Padahalapotek hidup itu banyak sekali manfaatnya dan kegunaannya. Berbagai manfaat dari apotek hidup yaitu: 1. Aman bagi kesehatan karena yang digunakan merupakan tanaman yang alami. 2. Lebih menghemat biaya hidup karena tanaman yang digunakan dapat dipakai untuk membuat obat atau digunakan berbagai produk sehari-hari dengan cara yang mudah. AlHadid secara harfiah aritnya besi, dan surat ini dinamakan dengan Al Hadid karena dalam ayat 25 dari 29 ayat di surat Al Hadid ini, ***Allah menyebutkan secara eksplisit tentang besi ini, "Kami turunkan besi, dan pada besi itu ada kekuatan yang sangat dahsyat dan banyak sekali manfaat-manfaatnya bagi manusia",*** sayangnya walaupun yangTombakCacing Kanil Luk 5 Pamor Lintang Kemukus Asli Majapahit Sepuh Kuno. Rp750.000. 5 Terjual 1 Karanganyar. Koleksi Antik Group. Tombak Gunungan Pamor Pedaringan Kebak Tangguh Majapahit Sepuh. Rp750.000. Solo. Griya Keris Pusaka